![]() |
Isu Pasha Ungu Mundur dari DPR Karena Tolak Uang Haram |
JAKARTA, DGNUSANTARA.XYZ – Publik Indonesia sempat digemparkan dengan beredarnya video viral yang menarasikan bahwa Pasha Ungu (Sigit Purnomo Said) mundur dari DPR karena menolak ikut “makan uang haram”. Video yang tampil dengan nuansa heroik ini sontak memicu perbincangan luas, bahkan mendapat simpati dari sebagian masyarakat.
Namun, hasil penelusuran media kredibel membuktikan bahwa klaim tersebut adalah hoaks digital. Video yang beredar hanyalah manipulasi, menggunakan foto lama Pasha di ruang sidang paripurna yang dipadu dengan narasi dramatis tanpa dasar fakta.
Narasi Heroik yang Menggugah Emosi Publik
Video yang tersebar menampilkan Pasha seolah-olah memberikan pernyataan mengundurkan diri demi menjaga integritas. Ungkapan “ogah makan uang haram” dibalut dengan narasi penuh emosi, sehingga publik mudah terpengaruh.
Fenomena ini sejalan dengan teori confirmation bias, di mana masyarakat cenderung mempercayai informasi yang sesuai dengan harapan atau kekecewaan mereka terhadap politik.
Klarifikasi Fakta: Hoaks yang Direkayasa
Menurut penelusuran Suara.com dan media arus utama lain, terdapat beberapa fakta penting:
-
Tidak ada pernyataan resmi dari Pasha, Partai Amanat Nasional (PAN), maupun DPR.
-
Video menggunakan foto lama, bukan momen terkini.
-
Narasi dibuat-buat tanpa kutipan yang dapat diverifikasi.
-
Media kredibel tidak melaporkan adanya pengunduran diri Pasha.
Dengan demikian, klaim tersebut murni konten manipulatif yang bertujuan memancing emosi publik.
Bahaya Menyebarkan Hoaks Politik
Hoaks politik bukan sekadar informasi salah, tapi bisa menimbulkan dampak serius:
-
Mempengaruhi opini publik → masyarakat terbelah karena informasi palsu.
-
Merusak kredibilitas politik → nama baik individu maupun institusi hancur.
-
Menghambat demokrasi sehat → keputusan publik dibuat tanpa dasar fakta.
-
Menguatkan polarisasi → narasi emosional memperuncing perpecahan sosial.
Analisis DGNUSANTARA
Kasus hoaks Pasha Ungu ini menjadi cermin bahwa literasi digital masyarakat masih harus diperkuat. Ada tiga catatan penting:
-
Keterbukaan informasi harus diimbangi dengan kemampuan publik menyaring data.
-
Politik dan selebritas adalah kombinasi yang rawan dipolitisasi melalui narasi palsu.
-
Media sosial semakin mempercepat penyebaran hoaks, sehingga verifikasi jadi sangat penting.
Langkah Bijak Cegah Hoaks
Agar publik tidak mudah terjebak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
-
Cek sumber resmi → akun Pasha Ungu, PAN, dan DPR.
-
Lihat laporan media kredibel → jangan hanya percaya dari potongan video.
-
Pahami konteks → narasi emosional sering dipakai untuk framing palsu.
-
Bijak membagikan → jangan asal share sebelum verifikasi.
Konteks Hoaks Politik di Indonesia
Indonesia termasuk negara dengan tingkat penyebaran hoaks tinggi terutama saat momentum politik. Isu pengunduran diri tokoh publik, skandal moral, hingga korupsi sering dipelintir demi kepentingan kelompok tertentu.
Kasus Pasha Ungu hanyalah salah satu contoh bagaimana figur publik populer dijadikan alat untuk menggiring opini.
Harapan untuk Demokrasi Digital
Jika masyarakat semakin melek digital, maka hoaks semacam ini bisa lebih cepat dipatahkan. Pemerintah, media, akademisi, dan komunitas literasi digital punya peran besar untuk menekan dampak hoaks.
Bagi publik, pelajaran terpenting adalah jangan mudah percaya pada informasi dramatis tanpa bukti nyata.
0 Komentar