![]() |
Seorang anak mengumpulkan sampah yang bisa dimanfaatkan di Pantai Muaro Lasak |
PADANG, DGNUSANTARA.XYZ– Pascahujan deras yang mengguyur Kota Padang sejak Jumat (22/8/2025), Pantai Muaro Lasak kembali diserbu tumpukan sampah. Sampah laut bercampur limbah rumah tangga dari aliran sungai membuat pesisir pantai dipenuhi plastik, botol bekas, kayu, hingga material organik.
Di tengah kondisi memprihatinkan itu, sejumlah pemulung tampak mengais tumpukan sampah untuk mencari barang bernilai ekonomis, mulai dari botol plastik, kaleng, hingga logam bekas. Bagi mereka, sampah yang mengotori pantai bukan sekadar masalah lingkungan, tetapi juga menjadi sumber penghasilan.
Fenomena Sampah Laut di Pantai Barat Sumatera
Pantai Muaro Lasak bukan kali pertama mengalami “serbuan” sampah. Setiap musim hujan, aliran sungai besar di Padang kerap membawa limbah rumah tangga dari hulu hingga bermuara ke laut. Ombak kemudian mendorong kembali sampah tersebut ke pesisir.
Menurut catatan Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Barat, 80 persen sampah yang sampai ke laut berasal dari aktivitas manusia di darat. Limbah plastik menjadi jenis yang paling dominan dan sulit terurai, sehingga berdampak jangka panjang terhadap ekosistem laut.
Pemulung dan Harapan Ekonomi dari Sampah
Para pemulung di sekitar Pantai Padang memanfaatkan momen ini untuk mengumpulkan sampah bernilai. Walau hasilnya tidak besar, namun cukup membantu kebutuhan sehari-hari.
Salah satu pemulung, Andi (45), mengatakan bahwa setiap kali banjir sampah datang, ia bisa mengumpulkan hingga 10 kilogram plastik. Dengan harga Rp4.000–Rp5.000 per kilogram, ia bisa membawa pulang sekitar Rp40.000–Rp50.000 per hari.
“Kalau tidak ada sampah, kami susah cari uang. Tapi kalau pantai kotor begini, setidaknya ada yang bisa dijual,” ungkap Andi.
Dampak Lingkungan dan Pariwisata
Pantai Muaro Lasak merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Kota Padang. Namun kondisi pantai yang kotor membuat wisatawan enggan berkunjung. Menurut pelaku usaha kuliner setempat, pendapatan bisa turun drastis saat pantai dipenuhi sampah.
Selain itu, ekosistem laut juga terancam. Nelayan melaporkan sering menemukan jaringnya penuh dengan plastik ketimbang ikan. Hal ini tentu mengurangi hasil tangkapan dan merugikan mata pencaharian masyarakat pesisir.
Baca juga : DG NUSANTARA Kronologi Penangkapan 4 Penculik Kepala Cabang Bank di Jakarta, Polisi Masih Buru Eksekutor
Upaya Pemerintah dan Komunitas
Pemerintah Kota Padang telah mengerahkan petugas kebersihan untuk membersihkan pantai. Beberapa komunitas pecinta lingkungan juga rutin menggelar aksi “coastal clean up” dengan melibatkan relawan muda.
Namun, solusi jangka panjang masih dibutuhkan. Edukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir harus terus digencarkan. Selain itu, dukungan infrastruktur pengolahan sampah modern dinilai sangat mendesak.
Analisis DGNUSANTARA
Kasus ini menggambarkan tiga hal penting:
-
Lingkungan → tanpa pengelolaan sampah yang baik, laut akan terus menjadi tempat pembuangan terakhir.
-
Ekonomi → meski pemulung mendapat manfaat sementara, hal ini menandakan masih lemahnya sistem daur ulang formal.
-
Sosial → sampah bukan hanya masalah estetika, tapi menyangkut kesehatan, pariwisata, dan kesejahteraan masyarakat.
Jalan Menuju Solusi Berkelanjutan
Untuk mengatasi masalah sampah laut di Pantai Muaro Lasak, beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
-
Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas → melibatkan warga sejak dari rumah.
-
Program Daur Ulang Terintegrasi → pemerintah bekerja sama dengan bank sampah dan industri daur ulang.
-
Edukasi Lingkungan di Sekolah → generasi muda harus dibekali kesadaran sejak dini.
-
Kolaborasi Pemerintah, Swasta, dan LSM → masalah sampah tidak bisa diselesaikan satu pihak saja.
-
Peningkatan Kesadaran Wisatawan → pengunjung pantai wajib menjaga kebersihan.
0 Komentar