DG Nusantara - 5 Fakta Baru Pembunuhan Keji Bocah 4 Tahun di Konawe Selatan: Terungkap Motif Pelaku dan Kronologi Lengkap
![]() |
5 Fakta Pembunuhan Nisa Nur Hafizah |
Penemuan Mayat Bocah Dalam Karung Gegerkan Konawe Selatan
Suasana duka menyelimuti Dusun di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Pada awal Oktober 2025, warga digegerkan dengan penemuan mayat seorang bocah perempuan berusia 4 tahun yang diketahui bernama Nisa Nur Hafizah (NNH).
Tubuh mungil korban ditemukan di dalam karung putih yang tergeletak di semak-semak kebun, hanya beberapa ratus meter dari rumahnya sendiri.
Penemuan itu terjadi setelah korban dinyatakan hilang selama hampir dua hari. Keluarga dan warga sekitar sempat melakukan pencarian menyeluruh, hingga akhirnya seorang petani mencium bau tidak sedap dari arah kebun miliknya. Saat didekati, karung berwarna putih itu tampak mencurigakan.
Ketika dibuka, sontak warga histeris. Di dalam karung itu terdapat jasad bocah kecil dengan kondisi mengenaskan. Kasus ini pun segera dilaporkan ke pihak kepolisian.
Kronologi Hilangnya Nisa Nur Hafizah
Menurut keterangan keluarga, Nisa terakhir terlihat bermain di depan rumah pada sore hari. Ibunya sempat memanggil untuk makan malam, namun sang anak tak kunjung kembali.
Khawatir terjadi sesuatu, keluarga langsung berinisiatif mencari bersama tetangga. Pencarian berlangsung hingga larut malam, namun tidak membuahkan hasil.
Keesokan harinya, pihak keluarga melapor ke Polsek setempat, yang kemudian menerjunkan tim pencarian bersama warga. Dugaan awal, korban tersesat atau diculik seseorang.
Namun, dua hari kemudian, harapan itu pupus. Tubuh bocah malang itu ditemukan sudah tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan di kebun belakang rumahnya.
Pelaku Ternyata Orang Dekat, Motifnya Mengejutkan
Setelah dilakukan penyelidikan intensif oleh Satreskrim Polres Konawe Selatan, polisi akhirnya berhasil mengidentifikasi pelaku utama. Tersangka diketahui berinisial AR (25), warga yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga korban.
Kapolres Konawe Selatan, AKBP La Ode Cakra, menjelaskan bahwa pelaku sempat ikut dalam pencarian korban untuk mengelabui warga. Namun, kejanggalan muncul setelah beberapa saksi melihat AR keluar dari arah kebun pada malam kejadian.
“Setelah dilakukan pemeriksaan mendalam, pelaku akhirnya mengakui perbuatannya. Motif sementara adalah dendam pribadi terhadap orang tua korban, yang dianggap telah mempermalukannya,” ujar Kapolres.
Selain motif dendam, polisi juga tidak menutup kemungkinan adanya unsur penyimpangan seksual dalam kasus ini, karena ditemukan indikasi kekerasan di tubuh korban.
Hasil Otopsi Ungkap Fakta Mengerikan
Hasil autopsi yang dilakukan di RS Bhayangkara Kendari mengungkap bahwa korban mengalami luka di bagian kepala dan leher akibat benda tumpul. Selain itu, terdapat tanda-tanda kekerasan lainnya.
Korban diduga dibunuh terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam karung, kemudian dibuang ke kebun yang berjarak sekitar 150 meter dari rumah.
Kapolres menegaskan bahwa pelaku akan dijerat dengan Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup.
“Ini adalah kejahatan yang keji. Pelaku tidak hanya menghilangkan nyawa anak kecil, tetapi juga menyebabkan trauma mendalam bagi keluarga dan masyarakat,” tutur Kapolres.
Reaksi Warga: “Kami Tidak Menyangka, Dia Orang Baik”
Warga sekitar masih sulit percaya bahwa AR, yang dikenal pendiam dan sering membantu tetangga, tega melakukan tindakan sekejam itu.
“Dia sering main sama anak-anak di sini. Kami tidak menyangka dia bisa sekejam itu,” ujar salah satu warga, Sitti (39).
Beberapa warga bahkan mengaku masih tidak bisa tidur nyenyak setelah kejadian tersebut. Rasa takut, sedih, dan marah bercampur menjadi satu.
Pihak keluarga korban berharap pelaku mendapat hukuman seberat-beratnya. “Kami ikhlas, tapi biar hukum menegakkan keadilan untuk anak kami,” ujar ayah korban dengan mata berkaca-kaca.
Dampak Sosial dan Psikologis di Lingkungan Sekitar
Kasus ini tidak hanya mengguncang keluarga korban, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi anak-anak di sekitar lokasi kejadian.
Beberapa orang tua kini lebih protektif dan membatasi anak-anak mereka untuk bermain di luar rumah. Aparat desa juga menggelar doa bersama dan pengajian untuk mengenang korban, sekaligus memulihkan rasa aman warga.
Pemerhati anak dari Universitas Halu Oleo, Dr. Rani Hasnawati, menyebut bahwa kasus ini menjadi alarm bagi semua pihak untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak.
“Lingkungan aman bukan hanya tanggung jawab orang tua, tapi juga masyarakat. Pelaku seperti ini bisa muncul dari sekitar kita sendiri,” tegasnya.
Pemerintah Daerah dan Polisi Janji Evaluasi Keamanan
Menanggapi kasus ini, Bupati Konawe Selatan turut menyampaikan belasungkawa dan berjanji akan memperketat pengawasan di wilayah rawan.
Ia meminta semua kepala desa untuk lebih aktif melapor jika ada warga dengan perilaku mencurigakan, serta menggiatkan ronda malam dan program perlindungan anak berbasis komunitas.
Sementara itu, pihak kepolisian mengimbau masyarakat agar tidak main hakim sendiri dan menyerahkan seluruh proses hukum kepada aparat.
Seruan Perlindungan Anak dan Refleksi Sosial
Kasus pembunuhan ini membuka mata publik tentang lemahnya sistem perlindungan anak di tingkat lokal. Banyak anak masih dibiarkan bermain sendirian tanpa pengawasan, terutama di wilayah pedesaan.
Lembaga perlindungan anak di Sulawesi Tenggara mendorong agar setiap desa memiliki relawan perlindungan anak yang bisa melakukan pemantauan harian.
“Kasus Nisa bukan yang pertama, dan mungkin tidak akan jadi yang terakhir jika masyarakat masih abai,” ujar Koordinator LPA Sultra, Eko Darmanto.
Kronologi Penangkapan Pelaku
Setelah AR ditetapkan sebagai tersangka, polisi bergerak cepat. Ia sempat melarikan diri ke rumah saudaranya di wilayah Kolaka, namun berhasil dibekuk pada dini hari tanpa perlawanan.
Dalam interogasi, AR mengaku telah menyesal, namun penyesalan itu tidak bisa mengembalikan nyawa bocah malang tersebut.
Kini pelaku mendekam di Rutan Polres Konawe Selatan menunggu proses hukum lebih lanjut.
10. Doa dan Kenangan Terakhir
Di rumah duka, suasana haru masih terasa. Boneka kecil kesayangan Nisa diletakkan di atas meja bersama foto dirinya yang tengah tersenyum polos.
Warga berdatangan memberi penghormatan terakhir dan mendoakan agar arwahnya diterima di sisi Tuhan.
Kasus ini menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat Indonesia: bahwa pengawasan terhadap anak adalah kewajiban bersama, dan satu kelalaian bisa berakibat fatal.
Kesimpulan
Tragedi di Konawe Selatan ini memperlihatkan sisi gelap kemanusiaan. Seorang anak kecil yang tak berdaya menjadi korban kebencian orang dewasa.
Lewat kasus ini, diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan aktif melindungi anak-anak dari segala bentuk ancaman kekerasan.
Kasus Nisa Nur Hafizah menjadi simbol bahwa keadilan untuk korban kekerasan anak tidak boleh berhenti di meja hukum, tetapi harus menjadi panggilan moral bagi seluruh bangsa.
Daftar Isi [Tutup]
0 Komentar
Posting Komentar